Perjalanan Putri yang paling gressss sih, pas dia ke Korea. Sepanjang tahun 2013 kemarin, Putri dapat kesempatan sekolah dan tinggal g-r-a-t-i-s di Seoul, Korea. Selama tinggal di Korea, Putri hobi ngiter-ngiter kesana-kemari, nyambangin destinasi-destinasi tourism yang terkenal di negeri gingseng itu...Jadi tempat apa yang Putri suka? Jawabannya bukan Jeju. Bukan Gyeongju juga apalagi Jeonju, tapi...
Busan.
Putri cinta mati sama Busan. Tapi coba deh, kalian pada perhatiin foto di atas... Notice nggak, kalau ada yang salah dengan foto di atas? 100! Yang salah itu baju-nya Putri. Kalian pasti pada mikir, lho ke Busan kok pake baju tebel? Busan bukannya pantai-pantai gitu ya? Kenapa si Putri pake jaket tebel, sweater dan sarung tangan? Sekedar pemberitahuan, Si Putri nggak gila. Putri emang ke pantai pakai baju berlapis karena emang lagi winter!
*APAAAAAAA???!!! Ke pantai pas musim salju???*
Weeeeeeitsss! Jangan salah. Pesanku cuma satu: Keep reading! Karena kalian bakal rasa lain jalan-jalan ke Busan. Yang pasti, worth it banget... Iya sih, dinginnya memang nggak ketulungan. walaupun di Busan nggak turun salju, tapi sekalinya angin bertiiuuuup.... Masyaoloolohhh.. Langsung. Rontok tulang sebadan! Mungkin karakter lokasinya yang emang di dekat laut dan terbuka banget (nggak banyak gedung tinggi), jadi angin Busan terasa lebih mematikan.
Well, serunya pergi ke Busan pas musim dingin adalah kotanya jadi sepi. Ya iyalah... Orang-orang tentu lebih milih nyantai di kamar yang hangat ketimbang menggigil kedinginan di jalan. Taapiiiii... Karena kotanya sepi, hampir semua yang ada di Busan berasa milik pribadi. Bus tur tingkat-nya Busan, jalanan-nya, pantainya, pasirnya, dan camar-camarnya resmi kalian kuasai!
Salah satu light house view di sepanjang jalan.
menyapa camar
Salah satu hal yang langsung bikin Putri jatuh cinta sama Busan adalah suara camar hampir selalu kedengaran di sudut kota. Coba kalau kalian ke Busan pas summer, di saat jutaan umat lainnya juga lagi liburan di sana, emangnya suara camar kedengeran?
Saking khas-nya suara burung camar ini, kalau kalian stop di station subway yang besar, Haeundae station, beberapa detik sebelum kereta berhenti bakal ada rekaman suara burung camar.
Saking khas-nya suara burung camar ini, kalau kalian stop di station subway yang besar, Haeundae station, beberapa detik sebelum kereta berhenti bakal ada rekaman suara burung camar.
Seperti yang udah sempet kutulis di atas, karena kotanya relatif sepi, kalian menikmati pantainya serasa pantai milik sendiri. Di beberapa tempat seperti bagian belakang pasar ikan Jaegalchi, kita bisa 'mengundang' camar-camar tadi dengan melambaikan potongan roti. Beneran kayak mimpi deh, bisa lihat burung camar sedekat itu dengan background laut biru yang cantik.
Foto di atas ini di ambil pas Putri ngotot lihat matahari terbit dari tepi pantai Haeundae yang terkenal itu. Tips lainnya untuk menikmati rasa lain Busan adalah, instead of ngejar-ngejar sunset; cicipin deh extraordinary-nya sunrise di Busan. Prosesi matahari terbit dimulai sekitar pukul 7. Berbekal baju 4 lapis, Putri nekat pergi ke pantai demi menyaksikan naiknya mentari ditemani tarian camar-camar putih tadi. Matahari baru muncul malu-malu sekitar jam tujuh seperempat. Nggak usah takut bosen nunggu, karena pemandangan yang terpampang di depan kalian dijamin keren banget.
Putri girang bukan kepalang pas dia disuguhi view di atas ini. Waktu itu suasananya emang magical banget sih. Pagi itu, saat berdiri di hamparan pasir luas dan sepiiiiiii, Putri beneran merasa spesial banget. Gimana enggak??? Baru kali ini Putri ngerasain sensasi jalan di pantai yang sepi dengan debur ombak lembut dan langit seindah ini nggak pakai desak-desak'an.
Sunrise di Haeundae Beach |
Rasa lain Busan yang terakhir adalah Busan rasa Santorini.
Santoriiini??? Kok bukan BIFF area atau pasar ikan Jaegalchi? Santorini kan di Yunan.. *gasp*
Belum banyak yang tahu kan, kalau di selatan Busan ada tempat namanya Gamcheon Culture Village. Siapa sangka sih, daerah yang dijuluki Santorini-nya Asia itu dulunya daerah kumuh?!
Jadi, bangunan kotak-kota tadi kalau di zoom, aslinya ya rumah-rumah gini! |
Tahun 2009 oleh kementerian pariwisata Korea Selatan, masyarakat di daerah tersebut diajak bersama-sama untuk 'mendadani' area tersebut supaya lebih cantik dan menarik perhatian pelancong.
Tangga-tangga di sela rumah-rumah aja dilukis. |
Fualaaaaaa!!! Hasilnya rumah-rumah penduduk berubah keren. See, worth to visit banget kan tempat yang satu ini. Nggak perlu takut kehausan dan kelaparan waktu kalian menyusuri desa kecil ini. Soalnya, di sana banyak café restoran bertema unik. Kalau yang di bawah ini temanya diangkat dari novel Little Prince.
Akhir kata, manisnya mochaccino di Santorini, resmi menutup rangkain trip anti mainstream Putri. Sepulang dari Busan, Putri kudu balik ke Seoul naik kereta untuk nge-pack sebelom akhirnya pulang ke Jakarta.
Sama seperti pas Putri berangkat ke Seoul, Bersama Garuda, Putri akhirnya terbang pulang ke tanah air. Salah satu kelebihan maskapai Garuda yang selalu bikin iri teman-teman Putri adalah tersedianya flight terusan Seoul-Jakarta nggak pakai transit! Jadi cuma perlu kurang lebih 7 jam aja terbang dari Jakarta ke Seoul, vice versa. Hebatnya lagi, dengan kelebihan ini, harga yang dipasang Garuda masih sangat bersahabat. Makanya, Putri puas banget jalan-jalan naik Garuda. Bonusnya: selama terbang bersama Garuda, belum pernah ada kasus peswatnya delay, petugasnya ramah, serta pramugarinya nggak judes. Oleh karena itu, sangat di sarankan pergi ke negeri K-POP, naik Garuda. Sumpah, nggak nyesel!
Anyway, orang pertama yang ditemui Putri di Jakarta setelah setahun mengembara di Korea adalah Edo. Edo tuh, sahabat Putri yang paling awet sejak SD. Salah satu orang yang setia stand by nungguin Putri kelar study yah, si Edo ini (bukan nama asli). Sorry ya, si Edo ini orangnya nyata kok, beneran hidup. Cuma, aku terpaksa pakai nama samaran, karena sohipnya si Putri ini punya kekhususan. Edo gay.
Sampai saat ini, Edo baru bisa jujur tentang kondisinya ke 12 orang di sekitarnya aja. Keputusan Edo untuk nggak go public jelas bisa dipahami banget. Soalnya kita hidup di Indonesia, negara dengan yang masyarakat yang masin me-nabu-kan hal-hal kayak gini. Jangankan merangkul, di Jakarta aja masih banyak orang belum bisa menerima kaum gay. Bokapnya Putri salah satunya.
Sebelum stand up-nya Kak Pandji ditayangin di KompasTV, Putri sempet sekilas nonton Glee sama bokapnya. Respon bokapnya Putri pas lihat Blaine lagi sayang-sayangan sama Kurt Hummel adalah, "Iiiiiiih... Apa'an ini? Gilo!" Gilo, bahasa Jawa, artinya jijay...
Pas denger itu, kontan Putri sediiiiiih banget. What would he do if he knew that Edo is gay? Jangan-jangan nggak boleh ketemuan lagi sama Edo.
Anyway, orang pertama yang ditemui Putri di Jakarta setelah setahun mengembara di Korea adalah Edo. Edo tuh, sahabat Putri yang paling awet sejak SD. Salah satu orang yang setia stand by nungguin Putri kelar study yah, si Edo ini (bukan nama asli). Sorry ya, si Edo ini orangnya nyata kok, beneran hidup. Cuma, aku terpaksa pakai nama samaran, karena sohipnya si Putri ini punya kekhususan. Edo gay.
Sampai saat ini, Edo baru bisa jujur tentang kondisinya ke 12 orang di sekitarnya aja. Keputusan Edo untuk nggak go public jelas bisa dipahami banget. Soalnya kita hidup di Indonesia, negara dengan yang masyarakat yang masin me-nabu-kan hal-hal kayak gini. Jangankan merangkul, di Jakarta aja masih banyak orang belum bisa menerima kaum gay. Bokapnya Putri salah satunya.
Sebelum stand up-nya Kak Pandji ditayangin di KompasTV, Putri sempet sekilas nonton Glee sama bokapnya. Respon bokapnya Putri pas lihat Blaine lagi sayang-sayangan sama Kurt Hummel adalah, "Iiiiiiih... Apa'an ini? Gilo!" Gilo, bahasa Jawa, artinya jijay...
Pas denger itu, kontan Putri sediiiiiih banget. What would he do if he knew that Edo is gay? Jangan-jangan nggak boleh ketemuan lagi sama Edo.
Karena emang selalu suka nonton Pandji, begitu tahu Mesakke Bangsaku ditanyangin di tv, Putri langsung 'maksa' keluarganya untuk nonton bareng. Entah gimana ceritanya, mungkin memang suratan takdir atau gimana, di acara Mesakke Bangsaku, Pandji memberikan opini tentang kaum gay secara friendly banget. Semua bit-bit yang disampaikan seolah-olah mewakili suara yang ingin Putri bilang ke bokapnya. Semua bit-bit yang disampaikan itu seolah-olah mewakili suara yang ingin Putri bilang ke bokapnya. Udah gitu, pembelaan Pandji disampaikan secara lucu, jujur dan nggak dibuat-buat. Pandji bilang kalau berteman sama mereka itu menyenangkan, "karena enak buat diajak curhat tapi masih mau dorong mobil kalau mogok". So true!
Untungnya, selama nonton itu respon bokapnya itu positif. Pas kelar, Putri sengaja nanya ke bokapnya, "Pak, gimana kesan bapak setelah nonton? Ternyata fakta tentang kaum gay unik ya. Kasihan ya mereka, kan itu bukan maunya dia. Aku nggak melegalkan, tapi aku juga nggak setuju kalau mereka dijahatin atau dilarang-dilarang untuk menjadi diri sendiri."
Di luar dugaan bokapnya Putri nyahut, "Iya, benar. Bapak setuju... bla..bla..".
Buat Putri, dua kata pertama itu maknanya dalaaaaaam banget. Sebab, Putri bisa lihat kalau bokapnya udah nggak ekstrem kayak dulu. That means a lot for her! So, makasih Kak Pandji.
Sekian dulu deh. Thanks, for reading!
Cup cup wow wow,
Temannya Putri.
Hello put... Ini putri waktu tmn sd saya bukan ya.. Km putri rindu kinasih yg suka baca novel sm saya waktu sd??? Saya veniiiiii... Sdn 12 pagi.. Kl salah org maaf... Kalo bener.. Amisyuuuu puttt hehe...
ReplyDelete