Blog ini, isinya tentang kisah temanku, Putri Rindu Kinasih, juga tentang aku. Tentang pengalaman kami, tentang keseruan kami, bego-begonya kami; semuanya deh! Ini kenapa aku yang nulis karena kami sudah seakrab Dr. Watson dan Sherlock Holmes. Dan... karena Putri malas nulis blog. Finally, silahkan selamat mengikuti cerita kami :')

December 22, 2014

Pendekar Tongkat Emas: Beli Satu Dapat Lima



Tanggal 20 Desember lalu, saya menonton film Pendekar Tongkat Emas untuk yang kedua kali, masih dengan rasa sedih yang sama seperti saat saya nonton di hari pertama penayangannya. Saya menangis. Selain karena terharu, saya menangis karena sedikit sekali yang menonton.
Sesak, kesal, sedih, pilu jadi satu waktu saya lihat jumlah penonton yang kurang dari dua puluh. Awalnya, saya pikir studio 3 Citra XXI sepi penonoton karena tanggal 18 Desember itu hari Kamis; sehingga tak banyak yang punya waktu luang melipir ke bioskop karena weekday
Begitu tayang langsung nonton pulang kuliah
Karena sedih, film-nya sepi penonton, saya minta menonton lagi bersama ayah tanggal 20 Desember. Rupanya, Sabtu itu studio 3 masih sama sepinya seperti saat pertama saya menonton. Dalam hati saya menangis, bagaimana bisa film sebagus ini tidak ada yang menonton?
Mentraktir Ayah Nonton
Rasa getir juga mampir saat teman-teman saya terang-terangan mengaku rugi jika harus menonton film Indonesia yang katanya kurang wah dibanding film kartun robot jepang dan sequel terakhir peperangan antara kurcaci dan teman-temannya melawan naga raksasa. Saya ingin sekali woro-woro layaknya agen asuransi kalau dengan membeli satu tiket nonton Pendekar Tongkat Emas, penonton tidak hanya dapat satu sugguhan tapi lima sekaligus. Tidak percaya?
Bintang Film All-star
Tidak setiap hari mata penonton dimanjakan dengan aksi serentetan aktor dan aktris papan atas dan satu judul. Coba cek saja cast-nya jika tak percaya, pesona aktor senior seperti Slamet Raharjo, yang muda seperti Tara Basro, Eva Celia dan Nicholas Saputra hingga yang masih kecil seperti Aria Kusumah semua tumpah ruah di film ini. Bayangkan saja, bagaimana serunya melihat aktris yang sudah lebih dari 40 tahun berakting seperti Christine Hakim beradu peran dengan pendatang baru yang muncul perdana di layar lebar? Intinya, karater-karakter dalam film ini diperankan oleh aktor dan aktris berkelas dan serius dalam seni peran. Jadi, dengan demikian menonton Pendekar Tongkat Emas jelas nggak kalah wah, kalau bintangnya se-wow ini!
Scenery seperti jepretan Nat Geo
Buat pembaca sekalian yang mengaku hobi travelling, cinta pariwisata nusantara, dan ingin promote keindahan alam lokal, bisa mulai mewujudkan cita-cita luhurnya dengan menonton dan mempromosikan film ini. Kekayaan alam lokal diabadikan layaknya jepretan fotografer profesional National Geographic. Menonton film ini, serasa menonton pameran foto yang disatukan dalam satu rol film. Coba bayangkan kerja keras para crew untuk menghadirkan momen secantik air sungai yang sebening kristal, burung berbulu hitam biru lentik bertengger di atas dahan, tebing putih di pinggir laut biru, romansa sunset Sumba yang elok, serta savana eksotis seperti di Afrika. Iki nggawene piye?
Apiknya Bahasa Indonesia
Selain keunggulan para pemeran dan keindahan alam, film Pendekar Tongkat Emas juga menyajikan hal yang saya rindukan, Bahasa Indonesia. Belakangan Bahasa Indonesia mulai hilang pamornya di kalangan anak muda. Saat saya menonton film ini, saya seperti diingatkan bahwa bahasa Indonesia yang dulu diagung-agungkan dalam Sumpah Pemuda itu seperti ini indahnya. Rasanya seperti menemukan jati diri saat mendengar para pemeran mengucapkan kalimat klasik seperti bicaramu melantur, akan kubantu melayangkan nyawamu ke langit, tidak di depan anakmu… Rasanya dalam hati saya bersorak; ini lho indahnya bahasa Indonesia, ini kita yang sebenarnya.  
Action garapan ‘Jet-Li’
Gerakan laga dalam film Pendekar Tongkat Emas digawangi oleh Xinxin Xiong yang memang tidak terlalu tenar di telinga kita. Tapi, asal tahu saja, Xinxin Xiong yang berasal dari Hongkong merupakan double-body aktor laga terkemuka, Jet Li. Xinxin Xiong melatih ketahana fisik dan kemampuan para pemain selama tujuh bulan sebelum pengambilan gambar digarap. Jadi, sudah pasti gerakan-gerakan bela diri di film ini bukan sembarang dikarang, atau dibuat seadanya seperti sinetron lokal yang pendekarnya mengendarai elang-elangan. Dengan memanggil pelatih profesial seperti Xinxin Xiong jelas merupakan bukti serius kalau film ini tidak asal-asalan. Alhasil, penonton pun sukses dibuat terpana oleh gerakan gerakan silat indah garapan koreografer laga sekelas Jet Li.
Plot dan Pesan Moral
Walaupun sama seperti film-film silat pada umumnya yang bertemakan dendam dan sumpah, adanya pesan moral yang dalam membuat film ini terus dingat selama perjalanan pulang. Uniknya, bukannya mengilhami anak muda untuk terus reach for the top, Pendekar Tongkat Emas justru menyapa dengan ajaran ‘siapkah kalian untuk tidak menjadi pemenang?’ Bukannya menggurui penonton dengan trik-trik memenangkan pertandingan ala pendekar, film ini justru berpesan apa gunanya ilmu jika tidak digunakan untuk mengabdi? Akhirnya kata, diluar kemilau para bintang, pesona alam dan jurus-jurus hebat, Pendekar Tongkat Emas berhasil memikat dengan pesan moral yang arif.
Kesimpulannya, Pendekar Tongkat Emas ini film bagus. Pendekar Tongkat Emas bukan film ecek-ecek dengan dana terbatas. Dibintangi oleh aktor dan aktris hebat, berpengalaman dan berkelas. Dihiasi pemandangan alam yang diabadikan dengan hati. Diperkuat dengan aksi laga kelas internasional. Diperkaya pesan-pesan moral yang bijak dan mengena. Dibuat dari kerja keras para crew yang berkerja dengan serius. Masih bisa bilang rugi, nonton film buatan negeri?

April 10, 2014

Rasa Lain Busan


Perjalanan Putri yang paling gressss sih, pas dia ke Korea. Sepanjang tahun 2013 kemarin, Putri dapat kesempatan sekolah dan tinggal g-r-a-t-i-s di Seoul, Korea. Selama tinggal di Korea, Putri hobi ngiter-ngiter kesana-kemari, nyambangin destinasi-destinasi tourism yang terkenal di negeri gingseng itu...Jadi tempat apa yang Putri suka? Jawabannya bukan Jeju. Bukan Gyeongju juga apalagi Jeonju, tapi...

Busan.

Putri cinta mati sama Busan. Tapi coba deh, kalian pada perhatiin foto di atas... Notice nggak, kalau ada yang salah dengan foto di atas? 100! Yang salah itu baju-nya Putri. Kalian pasti pada mikir, lho ke Busan kok pake baju tebel? Busan bukannya pantai-pantai gitu ya? Kenapa si Putri pake jaket tebel, sweater dan sarung tangan? Sekedar pemberitahuan, Si Putri nggak gila. Putri emang ke pantai pakai baju berlapis karena emang lagi winter!



*APAAAAAAA???!!! Ke pantai pas musim salju???*

Weeeeeeitsss! Jangan salah. Pesanku cuma satu: Keep reading! Karena kalian bakal rasa lain jalan-jalan ke Busan. Yang pasti, worth it banget... Iya sih, dinginnya memang nggak ketulungan. walaupun di Busan nggak turun salju, tapi sekalinya angin bertiiuuuup.... Masyaoloolohhh.. Langsung. Rontok tulang sebadan! Mungkin karakter lokasinya yang emang di dekat laut dan terbuka banget (nggak banyak gedung tinggi), jadi angin Busan terasa lebih mematikan.
Well, serunya pergi ke Busan pas musim dingin adalah kotanya jadi sepi. Ya iyalah... Orang-orang tentu lebih milih nyantai di kamar yang hangat ketimbang menggigil kedinginan di jalan. Taapiiiii... Karena kotanya sepi, hampir semua yang ada di Busan berasa milik pribadi. Bus tur tingkat-nya Busan, jalanan-nya, pantainya, pasirnya, dan camar-camarnya resmi kalian kuasai!

Salah satu light house view di sepanjang jalan.

 menyapa camar

Salah satu hal yang langsung bikin Putri jatuh cinta sama Busan adalah suara camar hampir selalu kedengaran di sudut kota. Coba kalau kalian ke Busan pas summer, di saat jutaan umat lainnya juga lagi liburan di sana, emangnya suara camar kedengeran?
Saking khas-nya suara burung camar ini, kalau kalian stop di station subway yang besar, Haeundae station, beberapa detik sebelum kereta berhenti bakal ada rekaman suara burung camar.




Seperti yang udah sempet kutulis di atas, karena kotanya relatif sepi, kalian menikmati pantainya serasa pantai milik sendiri. Di beberapa tempat seperti bagian belakang pasar ikan Jaegalchi, kita bisa 'mengundang' camar-camar tadi dengan melambaikan potongan roti. Beneran kayak mimpi deh, bisa lihat burung camar sedekat itu dengan background laut biru yang cantik.


Foto di atas ini di ambil pas Putri ngotot lihat matahari terbit dari tepi pantai Haeundae yang terkenal itu. Tips lainnya untuk menikmati rasa lain Busan adalah, instead of ngejar-ngejar sunset; cicipin deh extraordinary-nya sunrise di Busan. Prosesi matahari terbit dimulai sekitar pukul 7. Berbekal baju 4 lapis, Putri nekat pergi ke pantai demi menyaksikan naiknya mentari ditemani tarian camar-camar putih tadi. Matahari baru muncul malu-malu sekitar jam tujuh seperempat. Nggak usah takut bosen nunggu, karena pemandangan yang terpampang di depan kalian dijamin keren banget. 

ratusan camar dan light house merah! Kayak setting film-film...

Putri girang bukan kepalang pas dia disuguhi view di atas ini. Waktu itu suasananya emang magical banget sih. Pagi itu, saat berdiri di hamparan pasir luas dan sepiiiiiii, Putri beneran merasa spesial banget. Gimana enggak??? Baru kali ini Putri ngerasain sensasi jalan di pantai yang sepi dengan debur ombak lembut dan langit seindah ini nggak pakai desak-desak'an.
Sunrise di Haeundae Beach

Rasa lain Busan yang terakhir adalah Busan rasa Santorini. 
Santoriiini??? Kok bukan BIFF area atau pasar ikan Jaegalchi? Santorini kan di Yunan.. *gasp*



Belum banyak yang tahu kan, kalau di selatan Busan ada tempat namanya Gamcheon Culture Village. Siapa sangka sih, daerah yang dijuluki Santorini-nya Asia itu dulunya daerah kumuh?!


Jadi, bangunan kotak-kota tadi kalau di zoom, aslinya ya rumah-rumah gini!



Tahun 2009 oleh kementerian pariwisata Korea Selatan, masyarakat di daerah tersebut diajak bersama-sama untuk 'mendadani' area tersebut supaya lebih cantik dan menarik perhatian pelancong.


Tangga-tangga di sela rumah-rumah aja dilukis.



Fualaaaaaa!!! Hasilnya rumah-rumah penduduk berubah keren. See, worth to visit banget kan tempat yang satu ini. Nggak perlu takut kehausan dan kelaparan waktu kalian menyusuri desa kecil ini. Soalnya, di sana banyak café restoran bertema unik. Kalau yang di bawah ini temanya diangkat dari novel Little Prince.


Akhir kata, manisnya mochaccino di Santorini, resmi menutup rangkain trip anti mainstream Putri. Sepulang dari Busan, Putri kudu balik ke Seoul naik kereta untuk nge-pack sebelom akhirnya pulang ke Jakarta.  

Sama seperti pas Putri berangkat ke Seoul, Bersama Garuda, Putri akhirnya terbang pulang ke tanah air. Salah satu kelebihan maskapai Garuda yang selalu bikin iri teman-teman Putri adalah tersedianya flight terusan Seoul-Jakarta nggak pakai transit! Jadi cuma perlu kurang lebih 7 jam aja terbang dari Jakarta ke Seoul, vice versa. Hebatnya lagi, dengan kelebihan ini, harga yang dipasang Garuda masih sangat bersahabat. Makanya, Putri puas banget jalan-jalan naik Garuda. Bonusnya: selama terbang bersama Garuda, belum pernah ada kasus peswatnya delay, petugasnya ramah, serta pramugarinya nggak judes. Oleh karena itu, sangat di sarankan pergi ke negeri K-POP, naik Garuda. Sumpah, nggak nyesel!

Anyway, orang pertama yang ditemui Putri di Jakarta setelah setahun mengembara di Korea adalah Edo. Edo tuh, sahabat Putri yang paling awet sejak SD. Salah satu orang yang setia stand by nungguin Putri kelar study yah, si Edo ini (bukan nama asli). Sorry ya, si Edo ini orangnya nyata kok, beneran hidup. Cuma, aku terpaksa pakai nama samaran, karena sohipnya si Putri ini punya kekhususan. Edo gay.

Sampai saat ini, Edo baru bisa jujur tentang kondisinya ke 12 orang di sekitarnya aja. Keputusan Edo untuk nggak go public jelas bisa dipahami banget. Soalnya kita hidup di Indonesia, negara dengan yang masyarakat yang masin me-nabu-kan hal-hal kayak gini. Jangankan merangkul, di Jakarta aja masih banyak orang belum bisa menerima kaum gay. Bokapnya Putri salah satunya.

Sebelum stand up-nya Kak Pandji ditayangin di KompasTV, Putri sempet sekilas nonton Glee sama bokapnya. Respon bokapnya Putri pas lihat Blaine lagi sayang-sayangan sama Kurt Hummel adalah, "Iiiiiiih... Apa'an ini? Gilo!" Gilo, bahasa Jawa, artinya jijay...

Pas denger itu, kontan Putri sediiiiiih banget. What would he do if he knew that Edo is gay? Jangan-jangan nggak boleh ketemuan lagi sama Edo. 

Karena emang selalu suka nonton Pandji, begitu tahu Mesakke Bangsaku ditanyangin di tv, Putri langsung 'maksa' keluarganya untuk nonton bareng. Entah gimana ceritanya, mungkin memang suratan takdir atau gimana, di acara Mesakke Bangsaku, Pandji memberikan opini tentang kaum gay secara friendly banget.
Semua bit-bit yang disampaikan seolah-olah mewakili suara yang ingin Putri bilang ke bokapnya. Semua bit-bit yang disampaikan itu seolah-olah mewakili suara yang ingin Putri bilang ke bokapnya. Udah gitu, pembelaan Pandji disampaikan secara lucu, jujur dan nggak dibuat-buat. Pandji bilang kalau berteman sama mereka itu menyenangkan, "karena enak buat diajak curhat tapi masih mau dorong mobil kalau mogok". So true!

Untungnya, selama nonton itu respon bokapnya itu positif. Pas kelar, Putri sengaja nanya ke bokapnya, "Pak, gimana kesan bapak setelah nonton? Ternyata fakta tentang kaum gay unik ya. Kasihan ya mereka, kan itu bukan maunya dia. Aku nggak melegalkan, tapi aku juga nggak setuju kalau mereka dijahatin atau dilarang-dilarang untuk menjadi diri sendiri."
Di luar dugaan bokapnya Putri nyahut, "Iya, benar. Bapak setuju... bla..bla..".
Buat Putri, dua kata pertama itu maknanya dalaaaaaam banget. Sebab, Putri bisa lihat kalau bokapnya udah nggak ekstrem kayak dulu. That means a lot for her! So, makasih Kak Pandji.


Sekian dulu deh. Thanks, for reading!


Cup cup wow wow,
Temannya Putri. 

July 20, 2013

A Japan Trip Report: Helping with Heart

What was the most impressive thing left in your mind after visiting Japan? Was it the food? Was it the great and stunning building? Was it their interesting style of fashion? All these answers are completely true and worth to remember, but above all, I would say their kindness was the most profound thing I’d love to bear in my heart.
I realized that since the first day I arrived in Japan, I was showered by the local people’s kindness. As I was travelling alone, I get lost so often. Each time I asked for direction to the citizen, they really tried their best to show me the way. It was not just once I asked the people who didn’t speak English well. At first, I thought they would just say sorry and leave me. But they didn’t. In fact, they looked even more worry than me who lost. They really tried their best to explain how to get to the place I intended to go in broken English. If they are not busy, they would kindly take me to the building I wanted to reach, or at least accompanied me until I came back to the right track. Was that all? Sure it was not.
I believe it is not just once we heard stories about lost and found thing in Japan. A story about a traveler who lost their belonging and miraculously the lost things are sent back to them. Those stories are so familiar in our ears. Therefore, those stories become so common. We aren’t amaze and our hearts aren’t touched anymore when he heard another lost and found heroic tale. As I read those kinds of stories, the same bored feeling also overcomes my mind. I began to doubt that kind of stories until I experienced it myself.
After travelling alone in Japan for four days, finally there was come the day when I should come back to Seoul, 4th July 2013. I was scheduled to take the first flight at 8 a.m. As I stayed in Asakusa area, I was advised to take the very first train at 5 a.m.so that I won’t miss my flight. Things were just okay at first, until I realized that my purse is not with me when I was about to purchase the train ticket. Instantly, I poured out all things which filled my bag but the purse was not there. My assumption at that moment was maybe I left my purse on the receptionist table. I am really sure that was the last time I took my purse from my bag, so maybe I forgot to bring it back after I returned the room card. To save time, I decided to borrow someone’s cellphone and called the hostel where I stayed. After a while, a Japanese guy appeared and I stopped him to ask his help. After listened to my explanation, kindly, he lent me his cellphone. Awfully, the receptionist told me that there was no purse left. Trapped in a dead end conversation, I returned the cellphone and thanked him. I told him to leave because I would search for my purse around the station.
             Surprisingly, the guy waited for me. Knowing that I didn’t find my purse, he asked me what my next plan was. He personally suggested me to catch my flight. Nevertheless, I told him that I would like to find my purse instead of keep flying home. For me, finding my purse was more important as I could buy the next flight. Once more, I thanked him for his kindness and urged him to leave. Astonishingly he said, “Then, let’s find the purse together.”
             Oppressed by the limited time, we both rushed and repeated the track I used from hostel to the station. In addition, he asked each person we met about my lost purse but no one saw it. As soon as we arrived in hostel, he helped me to find the missing purse inside and outside the hostel but it was not there. As we were walking out from hostel, hopelessly I told him that I had no more idea where to search. Then, he suggested checking at police offices around Asakusa area. Since there was no progress at all, I had to admit that I’ve lost my hope. Furthermore, I was so tired both mentally and physically. Profoundly, I was so touched by his determination to find my purse. He kept running and search for my purse even though he knew that I was about to give up.
             Suddenly, I heard his voice shouted, “There is a purse here!” just as he reached the second police office. I ran to him immediately and checked the found purse. It was my purse. I turned out that I dropped it on my way to the station. The guy then told the police to shorten the regulation as I still had a flight to catch. Was that the end of the story? No, it wasn’t. No matter how I explained that I had let my flight go, he urged me to make the last attempt to catch my flight. He sent me to Ueno station by taxi and then directly purchased the express train ticket to airport. As he handed in the train ticket I had lost all my ability to think and to speak out. The only thing I could do was just whispered arigato and bowed down with tears running on my face.
             Some people said I was just lucky enough at that moment as I found the right person to help me. The others said that I don’t need to be so touched, or cry as it is very normal to find the lost thing in Japan. Well, the main point here is not about the fact that my purse was finally found. One thing that inspires me is his effort and determination to help me finding the lost purse, just like all the people’s effort to help me when I am lost. All of them insisted to help until the problem is solved. In addition, even with the language barrier, they chose to stay when we faced a dead end and did not leave me behind until they are sure that I am okay. On the whole, these people help with their heart.
             And now, alongside with the all the amazement in my head, a big regret also left. I wish, I know who the guy who helped me on that day. I had tried my best to find him but unfortunately all my attempt turned to failure. I hope someday, there will be a chance for me to show him my gratitude. I sincerely do. ***
Seoul, July 12th 2013
Putri Rindu Kinasih
English Literature Student of Bina Nusantara University Jakarta
Currently, granted a full scholarship in Dongguk University, Seoul, South Korea.

May 10, 2013

The Cherry Blossom Story (˘̩̩̩.˘̩̩̩ƪ)


Selamat malam dunia, hahaha..
Maaf ya, aku belakangan malas sekali menulis blog lagi karena beberapa postingan sempat hilang setelah dibuka di hape. Oke, intinya, sebagai pelajaran saya nggak-nggak lagi deh buka blogger di hape. Aku trauma hahaha...  *kapok*
Uhm, seperti aku mau nulis tentang cherry blossom. Sebagian orang bilang, ini udah ketelatan. Terlalu terlambat untuk nulis tentang pohon-pohon sakura di Seoul.
Tapi, justru menurut aku malah waktunya pas. Pas, karena sekarang aku udah puas mandangin bunga-bunga itu dan udah move on dari sedih-sedih karena mereka gugur.

*ooops* Nggak maksud untuk spoiler. 

Ini spring pertama Putri dan aku dalam hidup kami berdua. Makanya, nggak perlu heran kalau kami suka norak. Hmmm, kami berdua nggak merasa jadi masalah kok kalau dibilang norak, karena sejatinya, memang kami girangnya bukan kepalang pas lihat bunga-bunga mekar (♥o♥)

Kami berdua benar-benar lihat prosesnya dari awal. Ya eyalah, secara kami berdua sampai di Korea kan dari awal Maret. Mulai dari jaman-jaman jalanan nampak lengang, dan pohon-pohonnya gundul seperti ini...



Bisa, disaksikan sendiri kan kawan, gimana sendunya suasana post winter... Uhm, nggak sendu juga sih. Maksudnya kan, lebih cold gitu suasananya; udah suhunya dingin dan serasa menusuk kulit, di jalan nggak ada apa-apa.. Pohon-pohon cuma batangnya doang. Depressing abis suasananya... Yah, ada sih ijo-ijoan dikit cuma nggak terlalu banyak dan bentuknya kurang menarik hihihi...



Tetapi, sekitar tanggal minggu pertama April, secara ajaib ya, di ranting-ranting yang kayak pohon mati itu ada bakal-bakal bunga yang menyapa...
Dan, di minggu kedua April, sedikit demi sedikit baby cherry blossom flower mulai say hi...




Semua, masih ingat kan, foto jalanan yang tadi di posted di atas. Kira-kira tanggal 12-an April wajah-nya langsung berubah seperti ini lho...



Ajaib banget deh. Mendadak di mana-mana bunganya mekar. Tahu nggak si Putri bilang apa pas, lihat bunganya mekar? Masa dia bilang pohon sakura ini pantesan disebut pohon pop corn. 


( ˚☐° >ɔ-(´̩ε `̩ƍ) Hhhhss... Hadeh, si Putri ini otaknya memang suka ngaco-ngaco gitu deh. Cuma, setelah dipikir-pikir ya, sebenarnya si Putri ada benernya juga... Nih, coba kalian perhatikan foto pohon cherry blossom pas malam-malam. Emang kayak pop corn ditempelin gitu ke dahan-dahan...





Kenapa? Soalnya sebenarnya, bunga-nya itu berwarna putih. Uhm, sepanjang sepengetahuan kami sih, bunga Sakura kalau di gambar-gambar, kalau di foto kan warnanya pink-ish gitu ya... Tapi ternyata nggak lho... 
Kalau diperhatikan sebenarnya mahkota bunganya itu warnanya putih. Nah, di tengahnya itu memang, agak sedikit berwarna pink kemerahan gitu. Nah, mungkin kalau kalian, fotonya serentak, kayak pohonnya difoto bergerombol sedikit banyak dapat sih efek-efek nuansa pink-nya...






Nah, karena kami berdua nggak mau kelewatan moment yang precious dengan sang cherry blossom; apa yang kami lakukan kawan-kawan? SERATUS!!! Foto-foto dooooong... ː̗(^▽^)ː̖








Oke-oke, harap diingat ya, para pembaca sekalian, yang bagus itu bunganya. Bukan Putri-nya. Jadi kalau misalnya mukanya Putri suka nggak nyantai di foto ya, harap dimaafkan ya...

Anyway teman, saat terbaik untuk menikmati bunga yang satu ini tuh pas tanggal-tanggal 15, dengan jangka waktu sekitar 10 hari saja. 

(゜◇゜)Apaaaaaa?!! Hanya 10 hari?!!


Oke-oke, harap tenang. Nggak cuma kalian, tapi aku sendiri dan Putri juga kaget lho. Kaget banget mengetahui fakta bahwa umur si bunga cantik ini pendek banget... Nah pas tanggal 20an.. Yah, dua puluh sekian lah, itu bunga-bunganya gugur.. Gugur se-gugur-nya! Secara, bunga-nya itu fragile banget. Benar-benar ringkih.. Sebenarnya kalau mahkotanya disentuh agak kenceng dikit juga udah rontok.. Apalagi ketiup angin gunung Korea yang kejam-nya minta ampun...

Jadi, kalau kalian jalan di Korea, pada tanggal-tanggal dua puluhan April gitu, kalian bakal nge-rasain yang namanya hujan bunga. Yup, literary hujan bungaaaa, karena pas kalian jalan bunganya rontok banyak banget seperti hujan...

Nah, fakta lainnya, selama awal musim semi ini ada lagu yang lagi HITSSSSS abis di Korea. Hmm, lagu ini kayak theme song-nya bulan April, semua toko, semua restoran, even street band bakal nyanyi ini. Lagu apa itu?



Yooooooooooop... Ini lagunya grup Busker Busker yang judulnya Cherry Blossom Ending. Nah, kan judul lagunya pas banget emang. Satu hal yang Putri masih penasaran sampai sekarang, tentang nama grupnya. Namina teeeh... 버스커 버스커nama Inggrisnya tuh Busker Busker.. Nah, berdasarkan kamus Busker means street band, street singer.. Sementara pas kita nyari artinya 버스커secara mandiri (baca: google translete), kok artinya bus stop? Dari mana hubungannya dari Street band, kok jadi bus stop?

ACHTUNG: Pas lagi aku nulis blog ini, si Putri lagi nanya temen Koreanya. Jadi arti sebenarnya dari 버스커 akan kami reveal di bawah.

Oke, balik lagi... Part favoritku dari lagu ini adalah REFF nya lah: 

봄바람 휘날리며

Bom-ba-ram hwi-nal-li-myeo

흩날리는 벚꽃 잎이

Heut-nal-li-neun beot-ggot ip-i

울려 퍼질 이 거리를

Ul-ryeo peo-kil geo-ri-reul

우우 둘이 걸어요

U-u dul-i geol-eo-yo

Demi apa, artinya bagus mas broooooow:

As the spring wind blows
The scattering cherry blossom petals
Spread out on this street
As we walk together

Beda sama aku, Putri malah sukanya sama liriknya pas:


사랑하는 연인들이 많군요 알 수 없는 친구들이 많아요

Sa-rang-ha-neun yeon-in-deul-i manh-gun-yo al su eobs-neun chin-gu-deul-i manh-a-yo

흩날리는 벚꽃 잎이 많군요 좋아요

Heut-nal-li-neun beot-ggot ip-i manh-gun-yo joh-a-yo

Menurut Putri artinya lebih cocok sama dia yang part ini. Soalnya artinya teeeh:

There are many lovers who are in love
There are many unknown friends
There are many scattered cherry blossom petals
I like it

However, kami berdua sukaaa lagunya ( ˘ з˘ )♬♪



Balik lagi ngomongin bunga sakuranya ya.  Nah, seperti yang tadi aku bilang, setelah 10an mekar, mereka bakal ketiup angin dan rontok-rontok. Seperti gambar di atas itu tuh...
Nah, kemudian sekitar tanggal 27an April hingga awal Mei, pohonnya berubah, menjelma jadi pohon hijau biasa. 
Nih, kayak foto yang di bawah ini. Kalau aku dikasih lihat fotonya kayak gini, tanpa tahu prosesnya, aku nggak bakal percaya kalau itu pohon cherry blossom. 


Jadi, begitulah cerita Putri dan aku kali ini. Kami berdua nggak mau memori tentang bunga cantik ini menguap begitu saja. 
Akhir kata, semoga suka ya sama cerita kali ini.

Answer: Oh ya, udah dijawab sama temannya Putri.  버스커 nggak ada artinya, jadi sama kayak busker, street band. Kok si Google kreatif amat bikin arti sendiri ya? Aneh.


So, now i get the lesson.
Dear cherry blossom, we have to wait for 3 season
to see you and you only bloom for a short time,
because that's just the fact which make you even more precious.

-Putri-

Nuhun,
Temannya Putri


P.S: Sssssst... masa Si Putri metik bunga Sakuranya, terus sama dia dikeringin gitu di buku. Kalian jangan bilang siapa-siapa ya.