Question of the day: sebenarnya garis antara senang sama sedih itu seberapa sih lebarnya?
Menurut aku batasnya itu terlalu tipis sampai kadangnya rasanya sebel banget, baru aja senyum-senyum tertawa, tapi selang beberapa menit berubah nangis...
Yup, yup, contohnya si Putri. Dia kemarin bete super berat. Hmm, justru karena liat dia bete, aku jadi punya pertanyaan kayak gitu. Anyway, Si Putri kenapa sih? Well, yang jelas, kemarin bener-bener not her day. Dia kan hobinya main biola tuh, jadinya walaupun lagi di Korea, dia masih sempetin waktu buat latihan.
Nah, kalau di Dongguk, disediakan satu building khusus untuk UKM mahasiswa. Jadi semua UKM ngumpul di situ. Putri biasa daftar untuk beberapa hari, di awal minggu. Dengan demikian, dia bisa menyesuaikan jadwal kuliah, jadwal latihan dan jalan-jalan.
Ceritanya, kemarin, kira-kira lima belas menit sebelum jam latihannya habis, ada mahasiswa cowok yang ngetuk ruangan piano. Dia bilang dia adalah siswa yang selanjutnya memakai ruangan itu. Dia berjanji akan mengembalikan kunci piano ke penjaganya. Nah, setelah saling bertukar kakao id, Putri segera undur diri.
It turns out, kalau ternyata cowok itu belum daftar, dia nggak kembalikan kuncinya ke officer. Akhirnya, ya Putri lah yang kena damprat.
Putri yang udah sampai dorm, langsung lari malam-malam ke ruang piano lagi, nyari-nyari kuncinya; yang ternyata sama si cowok itu digeletakkan begitu saja di meja.
Untungnya ya, untungnya kuncinya nggak hilang. Tetapi, tetap saja Putri yang dimarah-marahi. Dia diteriakin sama ahjussi yang bertugas keep kunci-kunci ruang club. Putri berusaha sebisanya untuk menjelaskan, dia telepon buddy-nya yang bisa bahasa Korea untuk menjelaskan kronologi cerita yang terjadi. Apa daya, nasi sudah jadi bubur. Ahjussinya tetap menghukum Putri. Putri kena penalty, dia nggak boleh pakai ruang piano selama seminggu.
Kasihan... (⌣́_⌣̀)\('́_'̀ ) *pukpuk*
Padahal, ya siang-siangnya pas aku ketemu sama Putri dia tampak senang sekali. Dia bisa ngerjain soal-soal grammar quiz, dia ketemu teman-teman baru dari dari club DUBS. Malah dia diwawancara sama mereka.
Putri seusai diwawancara sama teman-teman dari klub DUBS.
Belum ada 24 jam, malamnya dia menangis. Makanya, aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya ada batas yang nyata nggak sih antara sedih dan senang? Batas antara tawa dan tangis?
Habis rasanya MAK JLEB banget melihat betapa hidup bisa sekejap berubah kan... Ya, aku rasa itulah seramnya hidup. Kita nggak pernah tahu kan gimana jalan ceritanya.
And, guess what!!
Hari ini pas aku ketemu Putri di taman, dia lagi ngobrol sama temannya, Minjung Kim. Aku ikut gabung sama mereka, ikut ngobrol dan melewatkan sore yang cerah, ngobrolin hal-hal seru.
Again, the question is: sebenarnya garis antara senang sama sedih itu seberapa sih lebarnya?
Pas aku nanya, kok si Putri bisa secepat itu sih tersenyum lagi? Dia punya jawaban yang menurut aku menarik untuk dibagikan.
Putri punya paham yang lucu. Dia percaya, ada orang memang yang hidupnya datar-datar saja. Kurva life experience-nya cederung tenang gelombangnya. In other hand, ada juga orang yang kurva hidupnya naik dan turun secara tajam. Seperti Putri, yang hidupnya terasa seperti roller-coaster. Orang-orang dengan tipe kehidupan kayak gini, kadang sering banget dibawa naik tinggi banget, kereta-nya menanjak perlahan menuju kebahagiaan dan dalam sekejap tiba-tiba turun dengan dramatis. Waktu di bawa ke jurang dan lembah terdalam gini, pastinya kaget, sedih, bingung, takut... Salah satu guru Putri, Mr. Jac Poleman pernah bilang,
" When life is at its lowest point, where do you think it will go next? Cheer up, there's no other way but up. Sooner or later, things will get better."
Iya ya. Bener juga, dengan kata lain, saat hidup kita bahagia, senang-senang, kita nggak boleh takabur. Tapi pas kita-nya lagi di dalam lembah, lagi down-downnya, nggak ada alasan untuk murung berlama-lama. Karena, ya emang sih, kalau dilihat dengan seksama pasti setiap kejadian ada silver lining-nya.
Kika: Sean, Grace (Mingjun Kim), K, and Putri ^^
Usut punya usut, si Putri rupanya sudah nggak emosi sama masalah piano room itu. Dia lihat sisi positifnya, dengan nggak boleh latihan di sana seminggu, paling nggak dia punya waktu luang lebih banyak untuk mempersiapkan diri menghadapi mid term exam minggu depan.
"Sooner or later, things will get better."
Therefore, begitulah ceritaku hari ini.
XOXO,
Temannya Putri
No comments:
Post a Comment